Selasa, 25 Oktober 2011

Resensi buku

Judul : Menjadi Wanita Kekasih Allah

No. ISBN : 9786029625332

Penulis : Ummi Maya

Penerbit : Belanoor

Tanggal terbit :Oktober - 2010

Jumlah Halaman :203

Berat Buku : -

Jenis Cover : Soft Cover

Kategori :Islam

Text Bahasa : Indonesia

Lokasi Stok : Gudang bukukita

SINOPSIS BUKU Menjadi Wanita Kekasih Allah

Setelah Kekuatan Doa Ibu membumi, Ummi Maya semakin sadar akan kodratnya sebagai perempuan yang kedudukannya sangat mulia dalam lslam.

Bagaikan Secangkir Kopi Susu, itulah kehidupan perempuan.
Seperti paparan Ummi Maya di awal tulisannya.
Semakin dihayati, semakin bergejolak bagi siapa pun yang membaca paparan Ummi Maya dalam buku ini.

Sabda Rasulullah
“Maukah engkau aku beritahu harta terbaik yang disimpan oleh manusia? Harta itu bernama Perempuan Shalehah yang apabila dipandang oleh suaminya ia begitu menyenangkan. Jika suaminya memerintahnya, ia menaatinya dan jika suaminya pergi darinya, ia menjaga diri dan harta suaminya.”
(HR. At-Tirmidzi)

Ya, perempuan shalehah. Akankah kita tetap istiqomah untuk menggapainya?
Insya Allah, paparan Ummi Maya dalam buku ini memotivasi setiap perempuan untuk mencapai derajat shalehah.

Amin ya rabbal'alamin.

RESENSI

· Pengertian

- Resensi jika dari bahasa Latin, revidere (kata kerja) atau recensie. Artinya “melihat kembali, menimbang, atau menilai.” Tindakan meresensi mengandung “memberikan penilaian, mengungkapkan kembali isi pertunjukan, membahas, dan mengkritiknya.”

- Dalam buku Bahasa dan Sastra Indoneisa (yang ditulis Euis Sulastri dkk) Istilah resensi berasal dari bahasa Belanda, resentie, yang berarti kupasan atau pembahasan. Jadi, pengertian resensi adalah kupasan atau pembahasan tentang buku, film, atau drama yang biasanya disiarkan melalui media massa, seperti surat kabar atau majalah.

- Kamus Sinonim Bahasa Indonesia disebutkan bahwa resensi adalah pertimbangan, pembicaraan, atau ulasan buku. Akhir-akhir ini, resensi buku lebih dikenal dengan istilah timbangan buku.

· Tujuan

- Tujuan resensi adalah memberi informasi kepada masyarakat akan kehadiran suatu buku, apakah ada hal yang baru dan penting atau hanya sekadar mengubah buku yang sudah ada. Kelebihan dan kekurangan buku adalah objek resensi, tetapi pengungkapannya haruslah merupakan penilaian objektif dan bukan menurut selera pribadi si pembuat resensi. Umumnya, di akhir ringkasan terdapat nilai-nilai yang dapat diambil hikmahnya.

· Syarat untuk meresensi (membuat resensi) buku.

1. Ada data buku, meliputi nama pengarang, penerbit, tahun terbit, dan tebal buku.

2. Pendahuluannya berisi perbandingan dengan karya sebelumnya, biografi pengarang, atau hal yang berhubungan dengan tema atau isi.

3. Ada ulasan singkat terhadap buku tersebut.

4. Harus bermanfaat dan kepada siapa manfaat itu ditujukan.

· Pembuat resensi disebut resensator.

- Sebelum membuat resensi, resensator harus membaca buku itu terlebih dahulu. Sebaiknya, resensator memiliki pengetahuan yang memadai, terutama yang berhubungan dengan isi buku yang akan diresensi.

· Hal-hal yang harus mendapat perhatian dari seorang resentator untuk membuat resensi:

a. Resentator harus bersikap objektif terhadap sesuatu yang akan diresensi dan meninggalkan sepenuhnya sikap subjektif.

b. Resensator mempunyai wawasan yang cukup luas terhadap bahan yang akan diresensi.

c. Resensaor harus mencoba membandingkan dengan sajian bentuk lain yang memiliki kesesuaian dengan bahan yang akan diresensi.

d. Resensator harus mencoba memberikan komentar dengan acuan yang jelas dan terarah pada bagian yang diberi komentar agar tidak menimbulkan kesalahtafsiran antara resensator dengan penulis.

e. Resensator harus mengungkapkan data yang diresensi secara jelas dan lengkap agar dapat dengan mudah dihibung-hubungkan di antarra keduanya oleh pembaca.

f. Resensaor harus menghindari interpretasi yang keliru terhadap bahan yang resensi dengan jalanmengetahul tujuan dan arah penulis karya tersebut.

· Sumber: http://wordpress.com/2008/02/10/belajar-membuat-resensi-buku/

Rabu, 05 Oktober 2011

kisah ku

Aku seorang perempuan bernama Ratih Galih Kirana, aku lahir 20 tahun lalu tepatnya pada tanggal 27 April 1991. Aku terlahir dari keluarga besar yang sederhana. Aku mempunyai 8 saudara kandung yang terdiri dari 3 oranng laki-laki dan 5 orang perempuan. Semua kakak-kakak ku telah berkeluarga kecuali kakak ku yang kedelapan.

Aku di lahirkan dan di besarkan di sebuah desa di kabupaten Karawang. Ayah aku dulu bekerja sebagai wirausaha namun kini sudah tak bekerja lagi dan ibu ku dari dulu hingga kini sebagai ibu rumah tangga. Aku bahagia dan bersyukur telah di lahirkan di keluarga besar yang sederhana, dengan kerja keras usaha ayah aku semua kakak-kakak ku sukses dan akupun dapat memasuki dunia pendidikan hingga menjadi mahasiswa saat ini.

Aku telah menjalani kehidupan ku yang benar-benar nyata karena aku telah mengalami semua susah senangnya kehidupan. Dulu aku beercita-cita ingin menjadi dokter namun cita-cita tersebut selalu berubah-ubah sampai akhirnya aku mengambil perkuliahan di jurusan akuntansi, dengan harapan saya dapat menjadi pengusaha kelak (Aamiin).

Sejak aku kuliah aku jauh dari orang tua ku karena aku tinggal dengan kakak ku yang pertama, ingin rasanya aku mengulang kembali kisah-kisah masa kecil ku ketika aku bersekolah dulu. Waktu aku sekolah dulu setiap berangkat ataupun pulang selalu mencium tangan kedua orang tua ku, tapi kini aku jauh dari mereka.

Mereka membiarkan aku jauh karena agar aku belajar mandiri dan belajar jauh dari orang tua karena mereka selalu berpesan bahwa mereka tidak akan selamanya bersama aku. Sejak pertama kali aku ikut bersama kakak ku, aku merasa sedih dan selalu ingin pulang ke rumah orang tua ku namun sudah hampir tiga tahun aku tinggal bersama kakak ku akhirnya akupun terbiasa.

PENALARAN

· Pengertian penalaran:

Ø Penalaran adalah proses berpikir yang bertolak dari pengamatan indera (pengamatan empirik) yang menghasilkan sejumlah konsep dan pengertian.

Berdasarkan pengamatan yang sejenis juga akan terbentuk proposisi – proposisi yang sejenis, berdasarkan sejumlah proposisi yang diketahui atau dianggap benar, orang menyimpulkan sebuah proposisi baru yang sebelumnya tidak diketahui. Proses inilah yang disebut menalar.

Dalam penalaran, proposisi yang dijadikan dasar penyimpulan disebut dengan premis (antesedens) dan hasil kesimpulannya disebut dengan konklusi (consequence). Hubungan antara premis dan konklusi disebut konsekuensi.

Ø Metode dalam menalar

Ada dua jenis metode dalam menalar yaitu induktif dan deduktif.

Ø Metode induktif

Metode berpikir induktif adalah metode yang digunakan dalam berpikir dengan bertolak dari hal-hal khusus ke umum. Hukum yang disimpulkan difenomena yang diselidiki berlaku bagi fenomena sejenis yang belum diteliti. Generalisasi adalah bentuk dari metode berpikir induktif.

Penalaran induktif merupakan prosedur yang berpangkal dari peristiwa khusus sebagai hasil pengamatan empirik dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat umum. Dalam hal ini penalaran induktif merupakan kebalikan dari penalaran deduktif. Untuk turun ke lapangan dan melakukan penelitian tidak harus memliki konsep secara canggih tetapi cukup mengamati lapangan dan dari pengamatan lapangan tersebut dapat ditarik generalisasi dari suatu gejala. Dalam konteks ini, teori bukan merupakan persyaratan mutlak tetapi kecermatan dalam menangkap gejala dan memahami gejala merupakan kunci sukses untuk dapat mendiskripsikan gejala dan melakukan generalisasi.

Ø Metode deduktif

Metode berpikir deduktif adalah metode berpikir yang menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu untuk seterusnya dihubungkan dalam bagian-bagiannya yang khusus.

  • Penalaran deduktif merupakan prosedur yang berpangkal pada suatu peristiwa umum, yang kebenarannya telah diketahui atau diyakini, dan berakhir pada suatu kesimpulan atau pengetahuan baru yang bersifat lebih khusus. Metode ini diawali dari pebentukan teori, hipotesis, definisi operasional, instrumen dan operasionalisasi. Dengan kata lain, untuk memahami suatu gejala terlebih dahulu harus memiliki konsep dan teori tentang gejala tersebut dan selanjutnya dilakukan penelitian di lapangan. Dengan demikian konteks penalaran deduktif tersebut, konsep dan teori merupakan kata kunci untuk memahami suatu gejala.

Contoh:


Masyarakat Indonesia komsutif (umum) di karenakan adanya perubahan arti sebuah kesuksesan (khusus) dan kegiatan imitasi (khusu) dari media-media hiburan yang menampilkan gaya hidup komsutif sebagai prestasi social dan penanda status social.

Ø Kedua penalaran tersebut di atas (penalaran deduktif dan induktif), seolah-olah merupakan cara berpikir yang berbeda dan terpisah. Tetapi dalam prakteknya, antara berangkat dari teori atau berangkat dari fakta empirik merupakan lingkaran yang tidak terpisahkan. Kalau kita berbicara teori sebenarnya kita sedang mengandaikan fakta dan kalau berbicara fakta maka kita sedang mengandaikan teori (Heru Nugroho; 2001: 69-70). Dengan demikian, untuk mendapatkan pengetahuan ilmiah kedua penalaran tersebut dapat digunakan secara bersama-sama dan saling mengisi, dan dilaksanakan dalam suatu ujud penelitian ilmiah yang menggunakan metode ilmiah dan taat pada hukum-hukum logika.

Ø Upaya menemukan kebenaran dengan cara memadukan penalaran deduktif dengan penalaran induktif tersebut melahirkan penalaran yang disebut dengan reflective thinking atau berpikir refleksi. Proses berpikir refleksi ini diperkenalkan oleh John Dewey (Burhan Bungis: 2005; 19-20), yaitu dengan langkah-langkah atau tahap-tahap sebagai berikut :

  • The Felt Need, yaitu adanya suatu kebutuhan. Seorang merasakan adanya suatu kebutuhan yang menggoda perasaannya sehingga dia berusaha mengungkapkan kebutuhan tersebut.
  • The Problem, yaitu menetapkan masalah. Kebutuhan yang dirasakan pada tahap the felt need di atas, selanjutnya diteruskan dengan merumuskan, menempatkan dan membatasi permasalahan atau kebutuhan tersebut, yaitu apa sebenarnya yang sedang dialaminya, bagaimana bentuknya serta bagaimana pemecahannya.
  • The Hypothesis, yaitu menyusun hipotesis. Pengalaman-pengalaman seseorang berguna untuk mencoba melakukan pemecahan masalah yang sedang dihadapi. Paling tidak percobaan untuk memecahkan masalah mulai dilakukan sesuai dengan pengalaman yang relevan. Namun pada tahap ini kemampuan seseorang hanya sampai pada jawaban sementara terhadap pemecahan masalah tersebut, karena itu ia hanya mampu berteori dan berhipotesis.
  • Collection of Data as Avidance, yaitu merekam data untuk pembuktian. Tak cukup memecahkan masalah hanya dengan pengalaman atau dengan cara berteori menggunakan teori-teori, hukum-hukum yang ada. Permasalahan manusia dari waktu ke waktu telah berkembang dari sederhana menjadi sangat kompleks; kompleks gejala maupun penyebabnya. Karena itu pendekatan hipotesis dianggap tidak memadai, rasionalitas jawaban pada hipotesis mulai dipertanyakan. Masyarakat kemudian tidak puas dengan pengalaman-pengalaman orang lain, juga tidak puas dengan hukum-hukum dan teori-teori yang juga dibuat orang sebelumnya. Salah satu alternatif adalah membuktikan sendiri hipotesis yang dibuatnya itu. Ini berarti orang harus merekam data di lapangan dan mengujinya sendiri. Kemudian data-data itu dihubung-hubungkan satu dengan lainnya untuk menemukan kaitan satu sama lain, kegiatan ini disebut dengan analisis. Kegiatan analisis tersebut dilengkapi dengan kesimpulan yang mendukung atau menolak hipotesis, yaitu hipotesis yang dirumuskan tadi.
  • Concluding Belief, yaitu membuat kesimpulan yang diyakini kebenarannya. Berdasarkan hasil analisis yang dilakukan pada tahap sebelumnya, maka dibuatlah sebuah kesimpulan, dimana kesimpulan itu diyakini mengandung kebenaran.
  • General Value of The Conclusion, yaitu memformulasikan kesimpulan secara umum. Konstruksi dan isi kesimpulan pengujian hipotesis di atas, tidak saja berwujud teori, konsep dan metode yang hanya berlaku pada kasus tertentu – maksudnya kasus yang telah diuji hipotesisnya – tetapi juga kesimpulan dapat berlaku umum terhadap kasus yang lain di tempat lain dengan kemiripan-kemiripan tertentu dengan kasus yang telah dibuktikan tersebut untuk masa sekarang maupun masa yang akan datang.

Proses maupun hasil berpikir refleksi di atas, kemudian menjadi popular pada berbagai proses ilmiah atau proses ilmu pengetahuan. Kemudian, tahapan-tahapan dalam berpikir refleksi ini dipatuhi secara ketat dan menjadi persyaratan dalam menentukan bobot ilmiah dari proses tersebut. Apabila salah satu dari langkah-langkah itu dilupakan atau dengan sengaja diabaikan, maka sebesar itu pula nilai ilmiah telah dilupakan dalam proses berpikir ini.

Sumber: Wikipedia Indonesia